Mungkin tidak ada yang spesial dengan taun baru kali ini. karena liburannya benar-benar full di rumah. yaah itung-itung nebus taun lalu, aku sama kakak lebih milih taun baruan di rumahnya spupu dibanding taun baruan sama ayah dan mama di rumah. abisnya di rumah membosankan, penuh aturan. ga' boleh ke sana lah, ga' boleh ke situ lah.. tapi beda taun ini, aku sama kakak menyadari satu hal. jadi kita lebih milih di rumah nemanin mama, ayah, ma ade'.
awalnya sih rada-rada iri dengar teman-teman yang dengan mudahnya nyebutin tempat-tempat wisata yang keren untuk dikunjungi selama liburan ini. tentu saja tanpa larangan dan pertimbangan apapun dari orang tua mereka. aku hanya merasa beda dengan apa yang diterapkan di rumah. aku mengartikannya overprotektif yang tidak beralasan. udah segede gini juga. umur juga udah mau kepala 2. masih juga dikurung.
nah, itu pemikiranku yang primitif. sampai akhirnya aku mendengar cerita teman-teman dekat aku. keluhan mereka tentang orang tuanya yang jarang atau bahkan sampai tidak pernah meluangkan waktu buat mereka. mereka sampai menceritakan semua bagian jeleknya, yang bikin air mataku nyaris meluap. di satu sisi aku sedih mendengarnya, tapi di satu sisi aku senang karena aku tidak punya satu pun cerita serupa. aku sempat bingung waktu mau ikut menyumbangkan cerita sejenis, karena sepanjang ingatanku tidak ada satupun cerita menyakitkan tentang orang tua yang pernah mewarnai hidupku.
dan sekarang aku mengambil kesimpulan, kalo seharusnya aku bersyukur masih ada yang ngelarang aku pergi. mungkin karena ayah sama mama mau menghabiskan waktu bersama keluarga yang utuh. dengan pertimbangan akunya yang jarang di rumah. terbalik dengan kasus kebanyakan orang, orang tuanya yang jarang dirumah. keberuntungan juga terlahir dalam keluarga dengan orang tua yang kerjanya di rumah terus. meskipun taraf hidup ga' tinggi-tinggi amat, tapi sejauh ingatanku sampai saat ini, kebutuhan hidup masih terpenuhi. dan satu hal yang baru aku sadari sekarang, kalo mereka bukan tipe orang tua yang berpikiran kalo cara untuk membahagiakan anak adalah dengan materi. mereka adalah tipe orang tua yang menyadari kalo yang sebenarnya kami butuhkan adalah kasih sayang dalam bentuk perhatian. tapi mungkin dasarnya ga' ngeh, aku malah baru nyadar sekarang.
ada banyak orang yang maunya menghabiskan liburan bersama orang tua mereka, tapi orang tua mereka yang ga' bisa meluangkan waktu bersama mereka, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk liburan bersama orang lain, demi membayar kekecewaan yang mereka rasakan. lantas mengapa aku sebaliknya.. itulah yang membuatku berpikir kalo sebaiknya liburan kali ini aku di rumah saja. mumpung Tuhan masih memberikan kesempatan untuk itu.
aku ingat betul, waktu awal masuk sekolah dasar, mama sampai bela-belain belajar naik motor hanya supaya dia bisa antar jemput aku ke sekolah. kalo mama ga' sempat, pasti ayah sebelum ke kantor juga ngantar aku dulu. pulang sekolah, aku sering diajak ke kantornya. seingatku sama kakak juga begitu. sebelum ke ambon, aku kecil sama mama sering datang kesekolahnya kakak. itu sebelum ayah punya perusahaan sendiri.
setelah balik lagi ke makassar, intensitas ayah sama mama dirumah lebih sering lagi. soalnya mereka mantau kantor dari rumah aja. ayah sibuknya kalo lagi ada job. bisa pulang subuh, dan sampai berhari-hari.
tapi sejauh ini ga' ada masalah. belum pernah sekalipun ayah atau mama alfa ngambilin rapor aku. meskipun sekolahku jauhnya minta ampun. ade' juga gitu aku liat sekarang. kemanapun aku ma ade' mau pergi, slalu diantar. sampe skarang mereka ga' pernah lupa untuk nanyain perkembangan prestasiku ma ade'. dulu waktu masih SD juga, dipakaikan seragam ma mama. ade' juga gitu. dan aku bersyukur karena mungkin tidak semua anak bisa merasakan hal yang sama.
jadi mungkin udah waktunya aku ngorbanin kebebasan yang aku harapkan diluar sana demi membalas waktu yang udah ayah dan mama luangkan khusus buat keluarganya.
Thank's God for the Giving. aku terlahir dalam keluarga yang meskipun tidak sempurna tapi aku bahagia berada di dalamnya.